Kamis, 13 Februari 2020

MAKALAH TENTANG IRIGASI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Menyadari akan pentingnya suatu negara dalam mendukung ketahanan pangan dan produktivitas perekonomian negara salah satunya ialah dalam bidang/sektor pertanian. Menurut PP.Nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi, dinyatakan bahwa fungsi irigasi adalah untuk mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Terlebih lagi untuk mensukseskan program pemerintah Indonesia, dalam mengejar target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 perlu didukung dengan berbagai upaya antara lain peningkatan supplyair baku untuk pertanian dengan pembangunan bendung atau dengan meningkatkan kinerja suatu daerah jaringan irigasi.
Pengertian Irigasi sendiri ialah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini telah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Sistem irigasi memiliki beberapa jenis irigasi ialah Irigasi Permukaan, Irigasi Lokal, Irigasi Penyemprotan, Irigasi Tradisional, Irigasi Pompa Air Dan Irigasi Tanah Kering Dengan Terasisasi. Selain dari jenis-jenis irigasi, irigasi juga mempunyai tingkatan pada sistemnya sendiri seperti tata cara perencanaan, tata cara pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan (OP).

1.2    Maksud dan Tujuan
·         Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bangunan dan jaringan irigasi.
·         Tujuannya untuk memberikan perbedaan setiap jaringan irigasi dan bangunan air berdasarkan jenisnya.



1.3    Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan makalah ini antara lain :
·         Penjelasan mengenai garis besar jaringan irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan irigasi.
·         Menjelaskan secara garis besar definisi jaringan irigasi beserta properti/item-item didalamnya seperti:
a)       Petak Tersier
b)       Petak Sekunder
c)       Petak Primer
d)      Bangunan-bangunan

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Umum
Dalam mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan makalah beserta ruang lingkupnya, maka disusun dasar teori atau metodologi dalam penyusunan agar didapatkan hasil yang baik, optimal dan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Berikut beberapa kajian yang dilengkapi dengan teori dasar yang telah menjadi referensi yang berkesinambungan dan saling terkait mengenai garis besar tingkatan jaringan irigasi.

2.2    Pengertian Irigasi menurut PP 20 Tahun 2006
~  Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
~  Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
~  Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yangdiperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
~  Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

2.3    Tingkat-tingkat jaringan irigasi menurut KP-01 Tahun 2007
~  Jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:
a)       Bangunan-bangunan utama (headworks)
b)       Jaringan pembawa
c)       Petak-petak tersier
d)      Sistem pembuang
2.4    Perangkat Jaringan Irigasi menurut KP-01 Tahun 2007
~  Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
~  Jaringan irigasi:
a)      Jaringan irigasi utama diantaranya Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Pembawa dan Saluran Muka Tersier
b)      Jaringan saluran irigasi tersier.
c)      Saluran Pembuang
~  Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu.
~  Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow).
~  Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
~  Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
~  Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran.
~  Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
~  Bangunan pelengkap adalah Fasilitas-fasilitas operasional diperlukan untuk operasi jaringan irigasi secara efektif dan aman.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Klasifikasi Jaringan Irigasi
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis
Semiteknis
Sederhana
Bangunan Utama
Bangunan permanen
Bangunan permanen atau semi permanen
 Bangunan sementara
Kemampuan untuk mengukur dan mengatur debit
Baik
Sedang
Tidak mampu mengatur/ mengukur
Jaringan saluran
Saluran pernberi dan Pembuang terpisah
Saluran pemberi dan Pembuang tidak sepenuhnya terpisah
Saluran pernberi dan pembuang menjadi satu
Petak tersier
Dikembangkan sepenuhnya
Belum dikembangkan dentitas bangunan tersier jarang
belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan
Efisiensi secara keseluruhan
50-60%
40-50%
<40%
Ukuran
Tak ada batasan
< 2000 hektar
< 500 hektar
       Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP – 01

3.1.1   Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier. Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air.

3.1.2   Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lerenglereng medan yang lebih rendah saja.

3.1.3   Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

3.2  Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa.

a)       Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah bendung tetap (weir), bendung gerak (barrage) dan bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b)       Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
c)       Pengambilan Dari Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.
d)      Stasiun Pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.

3.3  Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir,
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekundermenuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhirdari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir,
Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersiermenuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhirdari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir.

3.4  Bangunan Bagi Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu :
a)      Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b)      Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk salurandapat diatur.
c)      Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.



3.5  Bangunan-bangunan Pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
Tipe Alat Ukur
Mengukur Dengan
Kemampuan Mengatur
Ambang Lebar
aliran atas
tidak
Parshal Flume
aliran atas
tidak
Cipoletti
aliran atas
tidak
Romijn
aliran atas
ya
Crump de Gruyter
aliran bawah
ya
Constant Head Orifice
aliran bawah
ya
Bangunan Sadap pipa sederhana
aliran bawah
ya
     Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP – 01

3.6  Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan airbuangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yangberlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran. Beberapa bangunan yang termasuk bangunan lindung adalah Bangunan Pembuang Silang, Pelimpah (Spillway), Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder), Bangunan Penguras (Wasteway), Saluran Pembuang Samping dan Saluran Gendong.

3.7  Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Ada banyak teori yang berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk irigasi. dalam hal ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria perencanaan akan menghasilkan jenis irigasi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01-05). Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.

Fuad Bustomi, 1999. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas KuliahSistem Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta (Tidak diterbitkan).