KEBUDAYAAN LOKAL DI INDONESIA
1. Rumah Adat
a.
Provinsi Papua
Latar Belakang :
Rumah
Honai merupakan rumah adat di Papua yang terbuat dari kayu. Uniknya, rumah ini
memiliki atap berbentuk setengah bola atau kubah yang terbuat dari jerami atau
ilalang. Rumah Honai begitu kecil, sempit, dan tidak berjendela.
Sengaja
dibangun seperti itu untuk menahan hawa dingin yang tercipta karena kondisi
alam Papua. Bangunan ini juga dilengkapi tempat atau ruangan khusus yang
berfungsi sebagai penghangat ruangan.
b.
Provinsi Sulawesi Selatan
Latar Belakang :
Rumah
Adat Toraja disebut
Baruang Tongkonan, yang berasal dari kata "tongkon" (=duduk)
dan "an" (=tempat). Jadi Tongkonan bisa diartikan tempat duduk,
tempat orang desa berkumpul, bermusyawarah, dan menyelesaikan masalah-masalah
adat. Bentuk Tongkonan berupa rumah panggung yang merupakan kombinasi antara
batang kayu dan lembaran papan. Denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti
bentuk dari material kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Uru, jenis
kayu lokal dari Sulawesi. Kualitasnya sangat baik dan kayu tersebut
banyak ditemui di hutan-hutan di Daerah Toraja.
c.
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Latar Belakang :
Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang
disokong atau ditahan oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru)
yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99
tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna). Di Dalam
Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau Sumbawa
atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya.
Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif daun-daunan.
d.
Provinsi Jawa Tengah
Latar Belakang :
Dahulu
hanya orang yang tergolong dan terpandang dalam masyarakatlah, yang dapat
membangun rumah joglo yang besar dan megah. Berbeda dengan orang biasa, pada
umumnya mereka membangun rumah setengah permanen, atau rumah bentuk
kampung ata rumah limasan sederhana. Perbedaan dari sebutan rumah itu dilihat
dari atapnya dan kelengkapan ruangan dalam satu rumah. Tapi sekarang Rumah Joglo
sudah dapat dibuat oleh golongan manapun asalkan cukup biayanya.
e.
Provinsi Jakarta
Latar Belakang :
Sebutan rumah kebaya bagi
rumah adat betawi sebetulnya berasal dari kontruksi atap rumah ini yang jika
dilihat dari samping memiliki lipatan-lipatan mirip lipatan kain kebaya. Kain kebaya
sendiri merupakan kain tradisional betawi yang hingga kini sering dikenakan
para wanita betawi pada saat upacara-upacara adat mereka.
f.
Provinsi Jawa Barat
Latar belakang :
Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan
(Cirebon) ditilik dari namanya (Keraton Kasepuhan), rumah ini memang bukan
hunian biasa, melainkan tempat bermukim Raja/Sultan Cirebon, sekaligus pusat
pemerintahan. Arsitektur bangunan (-bangunan) bersejarah ini merupakan
perpaduan unsur budaya Islam, Hindu-Budhha, Kristen (Barat), dan Konfusianisme
(China).
Keraton
Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu
Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari
Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun
telah berusia tua, kompleks bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.
2. Tarian
a.
Tari-Tarian Daerah Istimewa Aceh
1)
Tari Seudati
Latar belakng :
Rumah
Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan (Cirebon) ditilik dari namanya (Keraton
Kasepuhan), rumah ini memang bukan hunian biasa, melainkan tempat bermukim
Raja/Sultan Cirebon, sekaligus pusat pemerintahan. Arsitektur bangunan
(-bangunan) bersejarah ini merupakan perpaduan unsur budaya Islam,
Hindu-Budhha, Kristen (Barat), dan Konfusianisme (China).
Keraton
Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu
Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton
Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun telah
berusia tua, kompleks bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.
2)
Tari Saman Meuseukat
Latar belakang :
Berdasarkan
penjelasan dalam buku “Aceh Utara: Dari Kerajaan Samudera Pasai ke Era
Industrialisasi”, Tari Saman dan Meuseukat merupakan adat acehl yang mulanya
khusus diadakan dalam rangka hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid), dengan
berdoa dan berzikir untuk nabi (Meurateb).
Meuseukat diambil dari nama
Maskawaihi seorang ulama atau guru agama pada masa Hamzah Fansuri.
Saman dan Meuseukat dilakukan
dalam posisi duduk oleh jumlah penari yang tidak terlalu terbatas pada mulanya,
tetapi sekarang biasanya antara 10-13 orang.
3)
Tari-tarian Bali
1. Tari Legong
Latar Belakang :
Menurut Babad Dalem Sukawati, sebuah
riwayat tua desa Sukawati, Gianyar, tari
Legong diciptakan berdasarkan mimpi I Dewa
Agung Made Karna, raja Sukawati yang bertakhta
pada 1775-1825 M. I Dewa Agung Made Karna sedang melakukan tapa di pura Jogan
Agung Ketewel dekat desa Sukawati. Dalam
semadinya beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di Surga. Mereka
menari dengan busana indah dan memakai hiasan kepala dari emas.
Ketika
sadar dari mimpinya, I Dewa Agung Made Karna memerintahkan kepeda Bendesa
Ketewel (kepala desa) untuk membuat beberapa topeng dan menciptakan suatu
tarian yang mirip dengan impiannya. Tidak lama setelah itu, Bendesa Ketewel
berhasil membuat sembilan buah topengnya diragakan oleh dua orang penari Sang
Hyang dan yang kini sudah memakai koreografi yang pasti diduga telah diciptakan
waktu itu.
Beberapa lama setelah terciptanya Sang Hyang Legong, sebuah kelompok
kesenian yang dipimpin I Gusti Jelantik dan Blahbatuh mempertunjukan tari
Nandir yang gayanya hampir sama dengan tari Sang Hyang Legong, kecuali penari
dua anak laki-laki yang tidak memakai topeng. I Dewa Agung Manggis segera memerintahkan dua orang seniman dari
Sukawati untuk menata tari Nadir agar dapat diperagakan oleh anak-anak
perempuan. Sejaka saat itulah tari Legong Klasik diciptakan sampai sekarang.
Pada
mulanya tari Legong merupakan kesenian feudal dari kaum triwangsa di Bali.
Legong dalam inspirasi dan kreasinya sama dengan Gmabuh, yaitu suatu kesenian
dari istana. Kesenian ini berkembang sesuai dengan pola kebangsawanan dan
mendapat dorongan dari para raja zaman dahulu. Para petugas kerajaan memeriksa
ke desa-desa untuk mendapatkan anak-anak perempuan yang berbakat untuk dilatih
dan dijadikan penari Legong. Proses terjadinya tari Legong sudah merupakan
konsep dalam seni pertunjukan yang mampu berkreasi terutama seniman-seniman, mengambil
elemen dari kerakyatan yang dikembangkannya menjadi kesenian yang tinggi
mutunya.
2. Tari Kecak
Latar Belakang :
Tak diketahui secara pasti
darimana tarian kecak berasal dan dimana pertama kali berkembang, namun ada
suatu macam kesepakatan pada masyarakat Bali kecak pertama kali berkembang
menjadi seni pertujukan di Bona, Ganyar, sebagai pengetahuan
tambahan kecak pada awalnya merupakan suatu tembang atau musik yang dihasil
dari perpaduan suara yang membentuk melodi yang biasanya dipakai untuk
mengiringi tarian Sahyang yang
disakralkan. Dan hanya dapat dipentaskan di dalam pura. Kemudaian pada awal
tahun 1930an astist dari desa Bona, Gianyar mencoba untuk
mengembangkan tarian kecak dengan mengambil bagian cerita Ramayana yang
didramatarikan sebagai pengganti Tari Sanghyang yaitu tradisi tarian yang
penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan
Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat, sehingga tari ini akhirnya bisa dipertontontan di depan umum
sebagai seni pertunjukan.
4)
Tari-Tarian Daerah Bengkulu
1. Tari Andun
Latar Belakang :
Tari
Andun adalah salah
satu tarian rakyat yang berasal dari Bengkulu dan
dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan
gadis secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang.
Pada zaman dahulu, tari ini biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya saat ini dilakukan sebagai salah
satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang gadis.
2. Tari Bidadari Teminang
Anak
Latar belakang :
Tarian
yang berasal dari Rejang Lebong. Dari namanya sudah memberikan pengertian kalau
Tarian ini di ibaratkan seorang bidadari yang sedang meminang anak. Yang jelas
diberi nama yang unik pasti memiliki maksud yang baik oleh pembuatnya dahulu.
Kita sebagai generasi penerus harus bisa melestarikannya
5)
Tari-tarian Daerah Jakarta
1) Tari Topeng
Latar belakang :
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang
tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para
penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa
Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi.
2) Tari Yopong
Latar Belakang :
Pada
awalnya, tari Yapong dipertunjukkan dalam
rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta
ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI mempersiapkan
sebuah acara pagelaran tari massal dengan mengangkat cerita perjuangan Pangeran
Jayakarta.
Pagelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan kepada Bagong Kussudiarjo untuk
menyelenggarakan acara tersebut. Untuk mempersiapkan pagelaran itu, Bagong
mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi.
Bagong melakukan penelitian tersebut melalui perpustakaan, film, slide maupun
observasi langsung kepada masyarakat Betawi. Akhirnya, pagelaran ini berhasil
dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 bertempat di Balai Sidang Senayan,
Jakarta. Pementasan tersebut didukung oleh 300 orang artis dan musikus yang
ikut andil di dalamnya.
6)
Tari-tarian Daerah Jawa Barat
1.
Tari Topeng Kuncaran
Latar
belakang :
Asal usul sejarah tari topeng – Tarian Topeng,
salah satu ciri khas budaya tari di Indonesia. Jakarta merupakan hasil perpaduan antara budaya masyarakat ada
di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan
Cina seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing.
Namun Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni
tari dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.
2.
Tari Merak
Latar
Belakang :
Sejarah Tari Merak
sebenarnya berasal dari bumi Pasundan ketika pada tahun 1950an seorang kareografer bernama Raden Tjetjep Somantri menciptakan
gerakan Tari Merak. Sesuai dengan namanya, Tari Merak merupakan implentasi dari
kehidupan burung Merak. Utamanya tingkah merak jantan ketika ingin memikat
merak betina. Gerakan merak jantan yang memamerkan keindahan bulu ekornya
ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar jelas dalam Tari Merak.
3. Lagu
a. Jakarta
Jali-jali
Latar belakang :
Lagu jali-jali merupakan salah satu khasanah musik dan lagu yang berasal
dari Betawi, asal usulnya diyakini lahir, dikembangkan
oleh kaum China peranakan Jakarta melalui musik tradisional mereka gambang
kromong, yang kemudian menjadi musik khas Betawi.
Melalui permainan biolanya lagu ini dipopulerkan oleh M. Sagi yang
merupakan pimpinan orkes kerontjong M. Sagi pada tahun 1942, karena kental
dengan budaya Betawi lagu jali-jali kemudian menjadi lagu rakyat
Betawi. Pada tahun yang
sama, di bagian pembuka lagu ini dinyanyikan secara bersahutan antara wanita
dan pria.
b. Maluku
Ayo Mama
Latar Belakang :
Lagu Ayo Mama ciptaan Huang-huilan asal Maluku belum bisa di
masukan dalam daftar lagu indonesia.
Penyebabnya, masalah kewarganegaraan. Tahun 1967 Huang-huilan, bersama ibu,
kakek, nenek dan tujuh bersaudara, memutuskan untuk pulang ke Guangzhou.
c. Aceh
Bungong Jeumpa
Latar Belakang :
Bagi masyarakat Aceh bunga cempaka merupakan salah satu
lambang Aceh. Konon Jeumpa berasal dari kata sebuah kerajaan yang dulu pernah
jaya di nusantara. Kerajaan Jeumpa. Lagu Bungong Jeumpa sendiri ditulis oleh
Ibrahim Abduh berdasarkan ikhtisar Raja dari Kerajaan Jeumpa yang ditulis dalam
bentuk hikayat. Menurut sejarah kerajaan Jeumpa sendiri berkembang sejak abad
ke-7 Masehi. Daerah Kerajaan Jeumpa berada di Kabupaten Bireuen, Aceh atau juga
dikenal dengan Aceh Jeumpa.
d. Kalimantan Selatan
Ampar-ampar Pisang
Latar Belakang :
Tentang lagu ampar ampar pisang ini pada awalnya dinyanyikan
secara iseng saat masyarakat kalimantan selatan membuat sebuah kue/makanan yang
terbuat dari pisang. Makanan ini bernama rimpi. Cara membuat makanan ini adalah
dengan cara pisang di diampar (disusun) kemudian dibiarkan hingga hampir matang
mendekati busuk. setelah itu pisang dijemur diampar(disusun) di bawah sinar
matahari sampai kira kira pisang mengeras dan mengeluarkan bau manis yang
sangat khas. Agak mirip dengan sale pisang temen temen kalau dilihat sepintas.
Isi dari lagu ampar-ampar pisang menceritakan tentang pisang
yang diampar dan dikerubuti binatang kecil kecil bisa terbang yang senang dgn
aroma pisang. Binatang ini dikenal masyarakat kalimantan dengan nama bari bari.
Pada akhir lagu di ceritakan tentang binatang yang ditakuti anak kecil zaman
dulu (lihat kata “dikitip bidawang” yang artinya digigit biawak. Konon, kata
dikitip bidawang itu digunakan untuk menakuti anak anak yang suka mencuri
pisang/kue rimpi yang masih dalam proses penjemuran.
e. Papua
Apuse
Latar Belakang :
Lagu Apuse mengisahkan tentang perpisahan seorang cucu dengan
kakek neneknya. Apuse sendiri artinya kakek atau nenek.
f. Sumatera Utara
Butet
Latar Belakang :
Asal usul lagu butet dimulai ketika lagu Butet
dinyanyikan di Gua perjuangan yang terdapat di hutan Nagatimbul ini, dimana
masyarakat Sitahuis dan Nagatimbul bersembunyi di gua tersebut, sementara kaum
pria waktu itu berada di Sitahuis untuk berjaga-jaga dan sebagian ada yang
mencetak uang ORITA (Oeang Republik Tapanoloe, yang merupakan ejaan lama). Dimana waktu itu tempat percetakan uang ORITA
adalah di Sitahuis. Sewaktu putri br Tobing ini yang disebut Si Butet mau tidur
ibunyapun menina bobokannya dengan lagu Butet,”aku sejumlah warga Desa Sitahuis
dan Nagatimbul.
Makna / arti lagu butet
Gambar makna lagu butet
Seorang ibu yang mengasih tau putrinya bahwa ayahnya si
putri itu sedang pergi ke medan perang tuk melawan penjajah yang waktu itu
dalah tentara belanda, jadi si ibu berpesan ke putrinya agar yakin bahwa
ayahnya pasti mengalahkan penjajah yaitu belanda, dan si ibu juga berpesan pada
si putri agar cepat gede dan jadilah generasi penerus bangsa yang tangguh dan
pintar supaya jangan dibodoh bodohi bangsa lain. Ini adalah sedikit dari makna
yang dalam dari lagu butet
g. Nusa Tenggara Timur
Desaku
Latar Belakang :
Lagu ini mengungkapkan kerinduan seseorang terhadap
kampung halamannya yang indah dan permai. Lagu ini menceritakan tentang
kerinduan pada keluarga dan sanak saudara yang ada di kampung. Lagu Desaku
hanya terdiri dari satu bait saja, oleh sebab itu lagu ini sering diajarkan di
sekolah-sekolah Taman Kanak-Kanak.
4. Alat Musik
1)
Angklung
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan
Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya
musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang
agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal
ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi
kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa
masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali
penanaman padi. Permainan angklung
gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup
sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi.
Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat
tumbuh subur.
2)
Kolintang
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah),
Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa
untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting
Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan
itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa
potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi
duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya
waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang
diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti
sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada
saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.
3)
Sasando
Tak banyak yang tahu musik etnis Sasando ternyata disukai
sekelompok penikmat musik khas Indonesia di Australia dan Eropa. Tapi, di
Indonesia sendiri, dari 200 juta lebih penduduknya, banyak yang belum paham apa
itu musik sasando. Karena itu, dalam rangka memperkenalkan musik tersebut agar
lebih dekat dengan rakyat Indonesia, Depbudpar mengggelar festival musik
sasando dengan hadiah utama Piala Presiden. Menurut rencana, festival itu akan
dilangsungkan Kamis besok, 17 Desember hingga Minggu 20 Desember, di Kupang,
NTT.
Asal mula alat musik langka itu, menurut banyak tokoh
adat di Pulau Rote, telah dikenali sejak Rote menjadi bagian dari daerah
kerajaan. Dalam legenda memang muncul banyak versi mengenai sejarah munculnya
sasando. Konon, awalnya adalah ketika seorang pemuda bernama Sangguana
terdampar di Pulau Ndana saat pergi melaut. Ia dibawa oleh penduduk menghadap
raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki
Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri pun terpikat. Ia
meminta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam,
Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah bentuk maupun
suaranya.
Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik
yang ia beri nama sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya, Sang
Putri bertanya lagu apa yang dimainkan, dan Sangguana menjawab, "Sari
Sandu". Alat musik itu pun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian
menamakannya Depo Hitu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar.
4)
Sampek
Suku Dayak Kayaan memiliki seni musik yang unik. Suku ini
memiliki alat musik yang dinamakan sampek atau masyarakat Kayaan menyebutnya
sape’ kayaan. Sape’ adalah musik petik. Alat musik sape’ yang dimiliki oleh
Dayak Kayaan bentuknya berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar
satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini memiliki
empat tangga nada.
5)
Talempong
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian
pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari
Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai
dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong
biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua
tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, serunai dan instrumen tradisional Minang
lainnya juga umum dimainkan bersama Talempong.
6)
Tifa
Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian
perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan
alat musik totobuang, tarian tradisional suku
Asmat dan tari
Gatsi.
Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti
tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan,
di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk
seperti drum dengan tongkat seperti yang digunakan di Masjid . Badan
kerangkanya terbuat dari kayu dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya
berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.
5. PAKAIAN ADAT
a.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat yang
dikenakan pria Aceh adalah baju jas dengan leher tertutup (jas tutup), celana
panjang yang disebut cekak musang dan kain sarung yang disebut pendua. Kopiah
yang dipakainnya disebut makutup dan sebilah rencong terselip di depan perut.
Wanitanya memakai baju
sampai kepinggul, celana panjang cekak musang serta kain sarung sampai lutut.
Perhiasan yang dipakai berupa kalung yang disebut kula, pending atau ikat
pinggang, gelang tangan dan gelang kaki. Pakaian ini dipergunakan untuk
keperluan upacara pernikahan.
b.
Pakaian Adat Sumatera
Utara
Ulos dianggap sebagai
peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang hidup di dataran-dataran
tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh tetap hangat, kain Ulos
mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka berladang dan beraktivitas
lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan bahwa, bagi leluhur
orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada manusia, yakni
matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas oleh ruang
dan waktu, maka tidak demikian dengan Ulos, yang bisa memberi kehangatan
kapanpun dan dimanapun.
c.
Pakaian Adat Jakarta
Nama Betawi berasal dari
kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan
masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari pembauran masyarakat di DKI
Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI Jakarta adalah kota industri dan
pusat perdagangan, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab,
Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga
banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan
mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu
kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah mengenai pakaian
adat Betawi yang dipakai sehari-hari maupun saat melakukan upacara adat.