Kamis, 13 Februari 2020

KEBUDAYAAN LOKAL DI INDONESIA


KEBUDAYAAN LOKAL DI INDONESIA

1.      Rumah Adat
a.      Provinsi Papua
Latar  Belakang :
Rumah Honai merupakan rumah adat di Papua yang terbuat dari kayu. Uniknya, rumah ini memiliki atap berbentuk setengah bola atau kubah yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah Honai begitu kecil, sempit, dan tidak berjendela.
Sengaja dibangun seperti itu untuk menahan hawa dingin yang tercipta karena kondisi alam Papua. Bangunan ini juga dilengkapi tempat atau ruangan khusus yang berfungsi sebagai penghangat ruangan.

b.      Provinsi Sulawesi Selatan
Latar Belakang :
Rumah Adat Toraja disebut Baruang Tongkonan, yang berasal dari kata "tongkon" (=duduk) dan "an" (=tempat). Jadi Tongkonan bisa diartikan tempat duduk, tempat orang desa berkumpul, bermusyawarah, dan menyelesaikan masalah-masalah adat. Bentuk Tongkonan berupa rumah panggung yang merupakan kombinasi antara batang kayu dan lembaran papan. Denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk dari material kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Uru, jenis kayu lokal dari Sulawesi. Kualitasnya sangat baik dan kayu tersebut banyak ditemui di hutan-hutan di Daerah Toraja.

c.       Provinsi Nusa Tenggara Barat
Latar Belakang :
Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna). Di Dalam Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau Sumbawa atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif daun-daunan.

d.      Provinsi Jawa Tengah
Latar Belakang :
Dahulu hanya orang yang tergolong dan terpandang dalam masyarakatlah, yang dapat membangun rumah joglo yang besar dan megah. Berbeda dengan orang biasa, pada umumnya mereka membangun rumah setengah  permanen, atau rumah bentuk kampung ata rumah limasan sederhana. Perbedaan dari sebutan rumah itu dilihat dari atapnya dan kelengkapan ruangan dalam satu rumah. Tapi sekarang Rumah Joglo sudah dapat dibuat oleh golongan manapun asalkan cukup biayanya.

e.       Provinsi Jakarta
Latar Belakang :
Sebutan rumah kebaya bagi rumah adat betawi sebetulnya berasal dari kontruksi atap rumah ini yang jika dilihat dari samping memiliki lipatan-lipatan mirip lipatan kain kebaya. Kain kebaya sendiri merupakan kain tradisional betawi yang hingga kini sering dikenakan para wanita betawi pada saat upacara-upacara adat mereka.

f.       Provinsi Jawa Barat
Latar belakang :
Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan (Cirebon) ditilik dari namanya (Keraton Kasepuhan), rumah ini memang bukan hunian biasa, melainkan tempat bermukim Raja/Sultan Cirebon, sekaligus pusat pemerintahan. Arsitektur bangunan (-bangunan) bersejarah ini merupakan perpaduan unsur budaya Islam, Hindu-Budhha, Kristen (Barat), dan Konfusianisme (China).
Keraton Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun telah berusia tua, kompleks bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.

2.      Tarian
a.      Tari-Tarian Daerah Istimewa Aceh
1)      Tari Seudati
Latar belakng :
Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan (Cirebon) ditilik dari namanya (Keraton Kasepuhan), rumah ini memang bukan hunian biasa, melainkan tempat bermukim Raja/Sultan Cirebon, sekaligus pusat pemerintahan. Arsitektur bangunan (-bangunan) bersejarah ini merupakan perpaduan unsur budaya Islam, Hindu-Budhha, Kristen (Barat), dan Konfusianisme (China).
Keraton Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun telah berusia tua, kompleks bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.

2)      Tari Saman Meuseukat
Latar belakang :
Berdasarkan penjelasan dalam buku “Aceh Utara: Dari Kerajaan Samudera Pasai ke Era Industrialisasi”, Tari Saman dan Meuseukat merupakan adat acehl yang mulanya khusus diadakan dalam rangka hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid), dengan berdoa dan berzikir untuk nabi (Meurateb).
Meuseukat diambil dari nama Maskawaihi seorang ulama atau guru agama pada masa Hamzah Fansuri.
Saman dan Meuseukat dilakukan dalam posisi duduk oleh jumlah penari yang tidak terlalu terbatas pada mulanya, tetapi sekarang biasanya antara 10-13 orang.

3)      Tari-tarian Bali
1.      Tari Legong
Latar Belakang :
Menurut Babad Dalem Sukawati, sebuah riwayat tua desa Sukawati, Gianyar, tari Legong diciptakan berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, raja Sukawati yang bertakhta pada 1775-1825 M. I Dewa Agung Made Karna sedang melakukan tapa di pura Jogan Agung Ketewel dekat desa Sukawati. Dalam semadinya beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di Surga. Mereka menari dengan busana indah dan memakai hiasan kepala dari emas.
Ketika sadar dari mimpinya, I Dewa Agung Made Karna memerintahkan kepeda Bendesa Ketewel (kepala desa) untuk membuat beberapa topeng dan menciptakan suatu tarian yang mirip dengan impiannya. Tidak lama setelah itu, Bendesa Ketewel berhasil membuat sembilan buah topengnya diragakan oleh dua orang penari Sang Hyang dan yang kini sudah memakai koreografi yang pasti diduga telah diciptakan waktu itu.
Beberapa lama setelah terciptanya Sang Hyang Legong, sebuah kelompok kesenian yang dipimpin I Gusti Jelantik dan Blahbatuh mempertunjukan tari Nandir yang gayanya hampir sama dengan tari Sang Hyang Legong, kecuali penari dua anak laki-laki yang tidak memakai topeng. I Dewa Agung Manggis segera memerintahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata tari Nadir agar dapat diperagakan oleh anak-anak perempuan. Sejaka saat itulah tari Legong Klasik diciptakan sampai sekarang.
Pada mulanya tari Legong merupakan kesenian feudal dari kaum triwangsa di Bali. Legong dalam inspirasi dan kreasinya sama dengan Gmabuh, yaitu suatu kesenian dari istana. Kesenian ini berkembang sesuai dengan pola kebangsawanan dan mendapat dorongan dari para raja zaman dahulu. Para petugas kerajaan memeriksa ke desa-desa untuk mendapatkan anak-anak perempuan yang berbakat untuk dilatih dan dijadikan penari Legong. Proses terjadinya tari Legong sudah merupakan konsep dalam seni pertunjukan yang mampu berkreasi terutama seniman-seniman, mengambil elemen dari kerakyatan yang dikembangkannya menjadi kesenian yang tinggi mutunya.

2.      Tari Kecak
Latar Belakang :
Tak diketahui secara pasti darimana tarian kecak berasal dan dimana pertama kali berkembang, namun ada suatu macam kesepakatan pada masyarakat Bali kecak pertama kali berkembang menjadi seni pertujukan di Bona, Ganyar, sebagai pengetahuan tambahan kecak pada awalnya merupakan suatu tembang atau musik yang dihasil dari perpaduan suara yang membentuk melodi yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian Sahyang yang disakralkan. Dan hanya dapat dipentaskan di dalam pura. Kemudaian pada awal tahun 1930an astist dari desa Bona, Gianyar mencoba untuk mengembangkan tarian kecak dengan mengambil bagian cerita Ramayana yang didramatarikan sebagai pengganti Tari Sanghyang yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat, sehingga tari ini akhirnya bisa dipertontontan di depan umum sebagai seni pertunjukan.

4)      Tari-Tarian Daerah Bengkulu
1.      Tari Andun
Latar Belakang :
Tari Andun adalah salah satu tarian rakyat yang berasal dari Bengkulu dan dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari ini biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya saat ini dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang gadis.



2.      Tari Bidadari Teminang Anak
Latar belakang :
Tarian yang berasal dari Rejang Lebong. Dari namanya sudah memberikan pengertian kalau Tarian ini di ibaratkan seorang bidadari yang sedang meminang anak. Yang jelas diberi nama yang unik pasti memiliki maksud yang baik oleh pembuatnya dahulu. Kita sebagai generasi penerus harus bisa melestarikannya

5)      Tari-tarian Daerah Jakarta
1)      Tari Topeng
Latar belakang :
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi.

2)      Tari Yopong
Latar Belakang :
Pada awalnya, tari Yapong dipertunjukkan dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI mempersiapkan sebuah acara pagelaran tari massal dengan mengangkat cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Pagelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan kepada Bagong Kussudiarjo untuk menyelenggarakan acara tersebut. Untuk mempersiapkan pagelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi. Bagong melakukan penelitian tersebut melalui perpustakaan, film, slide maupun observasi langsung kepada masyarakat Betawi. Akhirnya, pagelaran ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 bertempat di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Pementasan tersebut didukung oleh 300 orang artis dan musikus yang ikut andil di dalamnya.

6)      Tari-tarian Daerah Jawa Barat
1.      Tari Topeng Kuncaran
Latar belakang :
Asal usul sejarah tari topeng – Tarian Topeng, salah satu ciri khas budaya tari di Indonesia. Jakarta merupakan hasil perpaduan antara budaya masyarakat ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Cina seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.

2.      Tari Merak
Latar Belakang :
Sejarah Tari Merak sebenarnya berasal dari bumi Pasundan ketika pada tahun 1950an seorang kareografer bernama Raden Tjetjep Somantri menciptakan gerakan Tari Merak. Sesuai dengan namanya, Tari Merak merupakan implentasi dari kehidupan burung Merak. Utamanya tingkah merak jantan ketika ingin memikat merak betina. Gerakan merak jantan yang memamerkan keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar jelas dalam Tari Merak.


3.      Lagu
a.      Jakarta
Jali-jali
Latar belakang :
Lagu jali-jali merupakan salah satu khasanah musik dan lagu yang berasal dari Betawi, asal usulnya diyakini lahir, dikembangkan oleh kaum China peranakan Jakarta melalui musik tradisional mereka gambang kromong, yang kemudian menjadi musik khas Betawi.
Melalui permainan biolanya lagu ini dipopulerkan oleh M. Sagi yang merupakan pimpinan orkes kerontjong M. Sagi pada tahun 1942, karena kental dengan budaya Betawi lagu jali-jali kemudian menjadi lagu rakyat Betawi. Pada tahun yang sama, di bagian pembuka lagu ini dinyanyikan secara bersahutan antara wanita dan pria.

b.      Maluku
Ayo Mama
Latar Belakang :
Lagu Ayo Mama ciptaan Huang-huilan asal Maluku belum bisa di masukan dalam daftar lagu indonesia. Penyebabnya, masalah kewarganegaraan. Tahun 1967 Huang-huilan, bersama ibu, kakek, nenek dan tujuh bersaudara, memutuskan untuk pulang ke Guangzhou.




c.       Aceh
Bungong Jeumpa
Latar Belakang :
Bagi masyarakat Aceh bunga cempaka merupakan salah satu lambang Aceh. Konon Jeumpa berasal dari kata sebuah kerajaan yang dulu pernah jaya di nusantara. Kerajaan Jeumpa. Lagu Bungong Jeumpa sendiri ditulis oleh Ibrahim Abduh berdasarkan ikhtisar Raja dari Kerajaan Jeumpa yang ditulis dalam bentuk hikayat. Menurut sejarah kerajaan Jeumpa sendiri berkembang sejak abad ke-7 Masehi. Daerah Kerajaan Jeumpa berada di Kabupaten Bireuen, Aceh atau juga dikenal dengan Aceh Jeumpa.

d.      Kalimantan Selatan
Ampar-ampar Pisang
Latar Belakang :
Tentang lagu ampar ampar pisang ini pada awalnya dinyanyikan secara iseng saat masyarakat kalimantan selatan membuat sebuah kue/makanan yang terbuat dari pisang. Makanan ini bernama rimpi. Cara membuat makanan ini adalah dengan cara pisang di diampar (disusun) kemudian dibiarkan hingga hampir matang mendekati busuk. setelah itu pisang dijemur diampar(disusun) di bawah sinar matahari sampai kira kira pisang mengeras dan mengeluarkan bau manis yang sangat khas. Agak mirip dengan sale pisang temen temen kalau dilihat sepintas.
Isi dari lagu ampar-ampar pisang menceritakan tentang pisang yang diampar dan dikerubuti binatang kecil kecil bisa terbang yang senang dgn aroma pisang. Binatang ini dikenal masyarakat kalimantan dengan nama bari bari. Pada akhir lagu di ceritakan tentang binatang yang ditakuti anak kecil zaman dulu (lihat kata “dikitip bidawang” yang artinya digigit biawak. Konon, kata dikitip bidawang itu digunakan untuk menakuti anak anak yang suka mencuri pisang/kue rimpi yang masih dalam proses penjemuran.

e.       Papua
Apuse
Latar Belakang :
Lagu Apuse mengisahkan tentang perpisahan seorang cucu dengan kakek neneknya. Apuse sendiri artinya kakek atau nenek.





f.       Sumatera Utara
Butet
Latar Belakang :
Asal usul lagu butet dimulai ketika lagu Butet dinyanyikan di Gua perjuangan yang terdapat di hutan Nagatimbul ini, dimana masyarakat Sitahuis dan Nagatimbul bersembunyi di gua tersebut, sementara kaum pria waktu itu berada di Sitahuis untuk berjaga-jaga dan sebagian ada yang mencetak uang ORITA (Oeang Republik Tapanoloe, yang merupakan ejaan lama). Dimana waktu itu tempat percetakan uang ORITA adalah di Sitahuis. Sewaktu putri br Tobing ini yang disebut Si Butet mau tidur ibunyapun menina bobokannya dengan lagu Butet,”aku sejumlah warga Desa Sitahuis dan Nagatimbul.
Makna / arti lagu butet
Gambar makna lagu butet

Seorang ibu yang mengasih tau putrinya bahwa ayahnya si putri itu sedang pergi ke medan perang tuk melawan penjajah yang waktu itu dalah tentara belanda, jadi si ibu berpesan ke putrinya agar yakin bahwa ayahnya pasti mengalahkan penjajah yaitu belanda, dan si ibu juga berpesan pada si putri agar cepat gede dan jadilah generasi penerus bangsa yang tangguh dan pintar supaya jangan dibodoh bodohi bangsa lain. Ini adalah sedikit dari makna yang dalam dari lagu butet

g.      Nusa Tenggara Timur
Desaku
Latar Belakang :
Lagu ini mengungkapkan kerinduan seseorang terhadap kampung halamannya yang indah dan permai. Lagu ini menceritakan tentang kerinduan pada keluarga dan sanak saudara yang ada di kampung. Lagu Desaku hanya terdiri dari satu bait saja, oleh sebab itu lagu ini sering diajarkan di sekolah-sekolah Taman Kanak-Kanak.

4.      Alat Musik
1)      Angklung
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

2)      Kolintang
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
 Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.

3)      Sasando
Tak banyak yang tahu musik etnis Sasando ternyata disukai sekelompok penikmat musik khas Indonesia di Australia dan Eropa. Tapi, di Indonesia sendiri, dari 200 juta lebih penduduknya, banyak yang belum paham apa itu musik sasando. Karena itu, dalam rangka memperkenalkan musik tersebut agar lebih dekat dengan rakyat Indonesia, Depbudpar mengggelar festival musik sasando dengan hadiah utama Piala Presiden. Menurut rencana, festival itu akan dilangsungkan Kamis besok, 17 Desember hingga Minggu 20 Desember, di Kupang, NTT.
Asal mula alat musik langka itu, menurut banyak tokoh adat di Pulau Rote, telah dikenali sejak Rote menjadi bagian dari daerah kerajaan. Dalam legenda memang muncul banyak versi mengenai sejarah munculnya sasando. Konon, awalnya adalah ketika seorang pemuda bernama Sangguana terdampar di Pulau Ndana saat pergi melaut. Ia dibawa oleh penduduk menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri pun terpikat. Ia meminta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam, Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah bentuk maupun suaranya.
Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik yang ia beri nama sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya, Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan, dan Sangguana menjawab, "Sari Sandu". Alat musik itu pun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian menamakannya Depo Hitu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar.

4)      Sampek
Suku Dayak Kayaan memiliki seni musik yang unik. Suku ini memiliki alat musik yang dinamakan sampek atau masyarakat Kayaan menyebutnya sape’ kayaan. Sape’ adalah musik petik. Alat musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan bentuknya berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini memiliki empat tangga nada.

5)      Talempong
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, serunai dan instrumen tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama Talempong.



6)      Tifa
Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musik totobuang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.
Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat seperti yang digunakan di Masjid . Badan kerangkanya terbuat dari kayu dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.


5.      PAKAIAN ADAT
a.      Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat yang dikenakan pria Aceh adalah baju jas dengan leher tertutup (jas tutup), celana panjang yang disebut cekak musang dan kain sarung yang disebut pendua. Kopiah yang dipakainnya disebut makutup dan sebilah rencong terselip di depan perut.
Wanitanya memakai baju sampai kepinggul, celana panjang cekak musang serta kain sarung sampai lutut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung yang disebut kula, pending atau ikat pinggang, gelang tangan dan gelang kaki. Pakaian ini dipergunakan untuk keperluan upacara pernikahan.

b.      Pakaian Adat Sumatera Utara
Ulos dianggap sebagai peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang hidup di dataran-dataran tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh tetap hangat, kain Ulos mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka berladang dan beraktivitas lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan bahwa, bagi leluhur orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada manusia, yakni matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas oleh ruang dan waktu, maka tidak demikian dengan Ulos, yang bisa memberi kehangatan kapanpun dan dimanapun.

c.       Pakaian Adat Jakarta
Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI Jakarta adalah kota industri dan pusat perdagangan, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab, Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah mengenai pakaian adat Betawi yang dipakai sehari-hari maupun saat melakukan upacara adat.