BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai
SKN (Sistem Kesehatan Nasional) dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan
kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu
dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang
cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa
menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat
secara jasmani dan rohani.
Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga
kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen
sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang
diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan
pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan
keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan
hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu
adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, begitu pula
dengan lembaga pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas, posyandu maupun
klinik.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa keperawatan saat ini
adalah melakukan sebuah revolusi secara menyeluruh dan detail dalam setiap
aspeknya. Sehingga mahasiswa keperawatn akan mampu membentuk sebuah
revolusioner dalam dunia keperawatan itu sendiri terutama dalam
pelayanan kkesehatan yang prima.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana bentuk
serta proses pelayanan kesehatan yang prima, sistem rujukan serta permasalahan
yang terdapat didalamnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana lingkup sistem pelayanan
kesehatan?
4. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
5. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
prima?
6. Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan?
C.
Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Ekonomi
Kesehatan.
2. Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan
kesehatan.
3. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan.
4. Mengetahui beberapa lembaga yang terkait
dengan pelayanan kesehatan.
5. Mengetahui ruang lingkup dari sistem
pelayanan kesehatan.
6. Mengetahui pelayanan kesehatan prima.
7. Mengetahui sistem rujukan.
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi
pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Sistem
Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo Pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat.
Menurut Dubois & Miley (2005 : 317), Sistem
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Jadi, sesuai pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Yang dimaksud sub
sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses,
output, dampak, umpan balik.
1.
Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala
masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input sistem pelayanan kesehatan :
potensi masyarakat, tenaga & sarana kesehatan.
2.
Proses
Kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi
sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan
kesehatan : berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.
Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah
proses. Output pelayanan kesehatan : pelayanan yang berkualitas dan terjangkau
sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
4.
Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu
sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan
kesehatan : masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
5.
Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi
masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Umpan balik dalam pelayanan kesesahatan : kualitas tenaga kesehatan.
6.
Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Contoh : Di dalam pelayanan
kesehatan Puskesmas,
Input : Dokter, Perawat,
Obat-obatan.
Proses : Kegiatan pelayanan
puskesmas.
Output : Pasien sembuh atau tidak
sembuh.
Dampak : Meningkatnya status
kesehatan masyarakat.
Umpan Balik : Keluhan-keluhan pasien terhadap
pelayanan.
Lingkungannya : Masyarakat dan instansi-instansi diluar
puskemas.
B.
Ciri-ciri
Sistem Pelayanan Kesehatan
Ciri-ciri system pelayanan kesehatan dibagi menjadi :
1.
P : Pleasantness (seorang petugas harus
mampu menyenangkan pelanggan).
2.
E : Eagerness to help others (memiliki
keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu).
3.
R : Respect for other people (harus
menghargai dan menghormati pelanggan).
4.
S : Sense of responsibility is a realization
that what one does and says is important (harus memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelanggan).
5.
O : Orderly mind is esenssial for methodical and
accurate work (harus memiliki jalan pemikiran yang terarah dan
terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan metode baik dan tingkat ketepatan
yang tinggi).
6.
N : Neatness indicates pride in self and job
(harus memiliki kerapian dan bangga dengan pekerjaanya sendiri).
7.
A : Accurate in everything done is of permanent
importance (harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan atau
ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting).
8.
L : Loyality to both management and colleagues
make good time work (harus bersikap setia pada management dan rekan kerja,
merupakan kunci membangun kerja sama).
9.
I : Intelligence use of common sense at all time
(harus senantiasa menggunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke
waktu).
10.
T : Tact saying and doing the right thing at the
righ time (harus memiliki kepribadian, berbicara, bijaksana dan melakukan
pekerjaan secara benar).
11.
Y : Yearning to be good servive clerk and love
of the work is essential (mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik
serta mencintai pekerjaannya).
C.
Jenis-jenis
Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut pendapat
Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat
dibedakan atas dua, yaitu:
1.
Pelayanan
Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk
dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya
untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama
untuk perseorangan dan keluarga. Dengan ciri- ciri :
a.
Tenaga pelaksaannya adalah tenaga para dokter
b.
Perhatian utamanya adalah penyembuhan penyakit
c.
Sasaran utamanya adalah perseorangan atau
keluarga
d.
Kurang memperhatikan efisiensi
e.
Tidak boleh menarik perhatian karena
bertentangan dengan etika kedokteran
f.
Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat
undang-undang
g.
Penghasilan diperoleh dari imbal jasa
h.
Bertanggung jawab hanya kepada penderita
i.
Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan
bahkan mendapat saingan
j.
Masalah administrasi sangat sederhana
2.
Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang
termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam
suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya
untuk kelompok dan masyarakat.
Dengan ciri- ciri :
a.
Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan
masyarakat
b.
Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit
c.
Sasaran utamanya adalah masyarakat secara
keseluruhan
d.
Selalu berupaya mencari cara yang efisien
e.
Dapat menarik perhatian masyarakat
f.
Menjalankan fungsi dengan mengorganisir
masyarakat dan mendapat dukungan undang-undang
g.
Pengasilan berupa gaji dari pemerintah
h.
Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
i.
Dapat memonopoli upaya kesehatan
j.
Mengadapi berbagai persoalan kepemimpinan
Pelayanan
kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif
dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar
masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan
kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang
sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan
kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk
kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan
kesehatan.
D.
Tingkat Sistem
Pelayanan Kesehatan
Merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan
yang akan diberikan, yaitu :
1. Health Promotion (Promosi
Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat. Contoh : Kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi
lingkungan.
2.
Specifik
Protection
(Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus adalah masyarakat
terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh :
Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3.
Early Diagnosis
and Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dan
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Contoh : Survey penyaringan
kasus.
4.
Disability
Limitation
(Pembatasan Kecacatan)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau
masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit tertentu. Dilakukan
pda kasus yang memiliki potensi kecacatan. Contoh : Perawatan untuk
menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala
fasilitas untuk mengatasi kecacatan, menncegah kematian.
5.
Rehabilitation (Rehabilitasi)
Dilakukan setelah pasien sembuh. Sangat
diperlukan pada fase pemulihan terhadap kecacatan, misal : program latihan,
konsultasi dan diskusi psikologis untuk meningkatkan koping individu positif
sehingga gairah hidup meningkat.
E.
Lingkup Sistem
Pelayanan Kesehatan
1.
Tingkat Pertama/Primary Health Service
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok
yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Biasa dilakukan pada
masyarakat yang memiliki masalah atau masyarakat sehat. Sifat pelayanan adalah
pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, balai kesehatan masyarakat
atau poliklinik.
2.
Tingkat Dua/Secondary Health Service
Diperlukan bagi masyarakat atau klien yan
memerlukan perawatan rumah sakit dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia
tanaga spesialis
3.
Tingkat Tiga/Tertiery Health Service
Merupakan tingkat yang tertinggi. Membutuhkan
tenaga ahli atau subspesialis dan sebagai rujukan.
F.
Syarat Pokok Sistem
Pelayanan Kesehatan
1.
Tersedia dan Berkesinambungan
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat harus mudah ditemukan serta
selalu siaga keberadaannya di masyarakat setiap kali dibutuhkan.
2.
Dapat Diterima dan Wajar
Diartikan bahwa pelayanan kesehatan tersebut
tidak bebrtentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan
adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat bukan pelayanan
kesehatan yang baik.
3.
Mudah Dicapai/ Accessible
Ketercapaian yang dimaksudkan diutamakan dari
sudut lokasi. Dengan kata lain pelayanan kesehatan dan distribusi sarana
kesehatan merata di seluruh wilayah, tidak terkonsentrasi di perkotaan.
4.
Mudah Dijangkau/ Affortable
Terutama dari sudut biaya, disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi masyarakat.
5.
Bermutu/
Quality
Mutu yang dimaksudkan adalah yang menunjukkan
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraannya disesuaikan
kode etik serta yang telah ditetapkan.
G.
Lembaga Sistem
Pelayanan Kesehatan
Lembaga merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyakarat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat
yang dimaksud bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
Tempat tersebut diantaranya :
1.
Rawat Jalan
Lembaga pelayanan ini bertujuan memberikan
pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosa dan pengobatan pada
penyakit yang akut atau mendadak serta kronis yang dimungkinkan tidak rawat
inap. Lembaga ini misalnya : klinik kesehatan, klinik dokter spesialis.
2.
Institusi
Merupakan lembaga yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan pelayanan kesehatan, seperti : rumah sakit dan pusat rehabilitasi
3.
Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan
kesehatan yang berfokus pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang,
biasanya dilakukan home care.
4.
Community Base
Agency
Merupakan bagian dari lembaga yang dilalukan
pada klien dan keluarga, misalnya : praktek perawat keluarga.
H.
Sistem
Pelayanan Prima
1.
Definisi Pelayanan Prima
Pelayanan prima
(Excellent Service) diartikan dari kata “pelayanan” yang berarti “usaha
melayani kebutuhan orang lain” atau “melayani” yang berarti “membantu
menyiapkan apa yang diperlukan seseorang” dan kata prima atau excellent yang berarti
bermutu tinggi dan memuaskan.
Menurut para
ahli, pelayanan yang diberikan oleh petugas Rumah Sakit kepada konsumen
bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki oleh penerima pelayanan
(Daviddow dan Uttal, 1989). Menyangkut pelayanan Rumah Sakit, yang dimaksudkan
dengan konsumen adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktivitas yang
dilakukan oleh Rumah Sakit dan petugas yang telah ditunjuk sebagai pemberi
pelayanan itu.
Pelayanan yang
tidak berwujud, dimaksudkan adalah pelayanan itu hanya dirasakan oleh konsumen.
Norman (1991) menggambarkan karakteristik pelayanan sebagai berikut :
a.
Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, karena
bukan berbentuk benda dan beda sifatnya dengan barang.
b.
Pelayanan, kenyataannya terdiri dari tindakan
dan berbentuk pengaruh yang sifatnya tindakan sosial.
c.
Produksi dan konsumsi pelayanan tidak dapat
dipisahkan secara nyata, karena pada umunya terjadi secara bersamaan dan
ditempat yang sama.
Karakteristik
tersebut diatas mungkin dapat dijadikan dasar bagaimana memberikan pelayanan
yang terbaik (prima) di sebuah Rumah Sakit. Pengertian yang lebih luas seperti
yang dikemukakan Daviddow dan Uttal, bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja
yang dilakukan untuk mempertinggi nilai kepuasan konsumen.
Pelayanan
dapat bermakna suatu bentuk aktivitas yang menggambarkan perhatian, bantuan,
dan penghargaan kepada konsumen yang dapat memberikan kepuasan bagi mereka.
Melalui pelayanan yang baik (prima) akan melahirkan kedekatan antara produsen
dan konsumen, menimbulkan kesan menyenangkan, sebagai kenangan yang
sulit dilupakan.
Pelayanan
yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan Rumah Sakit, juga akan
menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan bagi konsumen (pasien dan
keluarganya). Selain itu, pelayanan yang baik juga akan menumbuhkan kesan dan
“citra yang baik” di hati konsumen, yang selanjutnya dapat menjadi faktor
pendorong konsumen untuk bekerja sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial
Rumah Sakit itu, bahkan dapat menjadi promotor Rumah Sakit tersebut.
2.
Tujuan Pelayanan Prima
Tujuan dari
pelayan prima adalah memberikan kepuasan kepada konsumen (masyarakat) sesuai
dengan keinginan mereka. Untuk mencapai tingkat kepuasan itu, diperlukan
kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan konsumen,
Zeithami at al. (1990).
3.
Unsur-unsur Pelayanan Prima
Unsur-unsur pelayanan prima, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993,
yaitu :
a. Kesederhanaan
b. Kejelasan dan
kepastian
c. Keamanan
d. Keterbukaan
e. Efisien
f. Ekonomis
g. Keadilan yang
merata
4.
Dimensi Kualitas Pelayanan Prima
a. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara akurat.
b. Kepercayaan (Assurance)
Pengetahuan dan keramahan serta kemampuan untuk
menumbuhkan kepercayaan.
c. Penampilan (Tangible)
Fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari
staf.
d. Empati (Empathy)
Perhatian secara pribadi yang diberikan kepada penerima pelayanan.
e. Ketanggapan (Responsiveness)
Kemauan untuk menolong dan memberikan service yang tepat waktu.
5.
Prinsip Pelayanan Prima
Bentuk bentuk pelayanan
prima yang seharusnya diberikan kepada masyarakat yang berjumlah puluhan bahkan ratusan
orang setiap hari oleh lembaga kesehatan, secara teknis
berbeda satu sama lain. Dari sekian ribu pelayanan itu, hanya sedikit yang
terhitung sebagai pelayanan prima, karena memenuhi beberapa prinsip, yaitu :
a. Mengutamakan
Pelanggan (Pasien)
Pelanggan (pasien), sebenarnya adalah pemilik
dari pelayanan yang diberikan di lembaga kesehatan. Tanpa
pelanggan pelayanan tidak pernah ada, dan pelanggan memiliki kekuatan untuk
menghentikan atau meneruskan pelayanan itu. Mengutamakan Pelanggan diartikan
sebagai berikut :
1) Prosedur
pelayanan seharusnya disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan (pasien),
bukan untuk memperlancar pekerjaan petugas lembaga kesehatan.
2) Jika pelayanan
ada pelanggan internal dan pelanggan eksternal, maka
harus ada prosedur yang berbeda dan terpisah keduanya. Pelayanan bagi pelanggan
eksternal harus diutamakan dari pada pelanggan
internal.
3) Jika pelayanan
memiliki pelanggan tak langsung selain langsung, maka dipersiapkan jenis-jenis
layanan yang sesuai untuk keduanya. Pelayanan bagi pelayan tak langsung perlu
lebih diutamakan.
b. Sistem yang
Efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang
nyata, yaitu tatanan yg memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi lembaga kesehatan. Jika
perpaduan itu cukup baik, pelanggan (pasien) tidak merasakan bahwa mereka telah
berhadapan dengan beberapa unit yang berbeda. Dari segi design pengembangan, setiap pelayanan selayaknya memiliki prosedur
yang memungkinkan perpaduan hasil kerja dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah sistem lunak (soft system), yaitu sebuah
tatanan yang mempertemukan manusia yang satu dengan yang
lain. Pertemuan itu tentu melibatkan sentuhan-sentuhan emosi, perasaan,
harapan, keinginan, harga diri, nilai, sikap dan perilaku.
c. Nilai Semangat Melayani Dengan Hati
Kita akan melayani mereka dengan penuh cinta
kasih dan tulus. Jangan
melayani karena ada motif-motif tertentu. Memperoleh keuntungan materi, biar
lebih dikenal orang atau keinginan menonjolkan diri. Jadi, ketika ada orang
yang sedang membutuhkan sesuatu, kita berusaha melayani orang tersebut dengan
penuh keikhlasan sebisa kita, bukan semau kita.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang
tanpa memandang tingkat ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita
juga diharapkan tidak pilih-pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan.
d.
Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya belajar mengenali
kebutuhan dirinya dari proses pelayanan petugas lembaga kesehatan. Berdasarkan catatan petugas lembaga
kesehatan, semakin baik mutu pelayanan yang diberikan, kadang-kadang akan
menghasilkan konsumen yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya
yang semakin tinggi dan meluas.
e. Memberdayakan
Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan
jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau perangkat
tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.
Ketiga jenis pelayanan diatas memiliki peran yang sama penting dalam
menciptakan citra keprimaan dari seluruh rangkaian proses pelayanan.
6.
Aspek-aspek Pelayanan Prima
Berdasarkan pandangan beberapa ahli
aspek-aspek kualitas pelayanan prima adalah sebagai berikut :
a.
Penerimaan
Meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain,
menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial
ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan
sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan
memiliki wawasan luas.
b.
Perhatian
Meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki
sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap
kecemasan dan ketakutan pasien.
c.
Komunikasi
Meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga
pasien.
d.
Kerjasama
Meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
e.
Tanggung Jawab
Meliputi sikap perawat yang jujur, tekun
dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
konsisten serta tepat dalam bertindak.
Namun, dalam perkembangan penelitian selanjutnya dirasakan adanya dimensi
mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang
dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman et al. (1990)
dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/
pelayanan, yaitu :
a.
Tangible (Berwujud)
Meliputi penampilan fisik dari fasilitas,
peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
b.
Realibility (Keandalan)
Yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
c.
Responsiveness (Cepat Tanggap)
Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan
menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.
d.
Assurance (Kepastian)
Mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan
para pasien dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,
risiko atau keragu-raguan.
e.
Empaty (Empati)
Meliputi pemahaman pemberian perhatian
secara individual, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami
kebutuhan pasien.
I.
Sistem
Pelayanan Rujukan (Referal System)
1.
Definisi Sistem
Rujukan
Sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehata yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani) atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuanya).
Sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung
jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan,
secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal
dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan
upaya kesehatan dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan
yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui
suatu tatanan sistem rujukan.
2.
Macam-macam Sistem Rujukan
a.
Menurut Tata Hubungannya
1)
Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
2)
Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
b.
Menurut Lingkup Pelayanannya
1)
Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Disamping
itu juga mencangkup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Rujukan medik dibagi menjadi :
a)
Transfer of patient
Konsultasi
penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
b)
Transfer of specimen
Pengiriman
bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c)
Transfer of knowledge / personal
Ø Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi
kasus, dan demonstrasi operasi.
Ø Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah
pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah sakit pendidikan, juga dengan
mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat
provinsi atau institusi pendidikan.
2)
Rujukan Kesehatan Masyarakat
Rujukan
ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan operasional. Rujukan sarana
berupa antara lain bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan.
2.
Tujuan Sistem Rujukan
a.
Tujuan Umum
1)
Untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.
2)
Untuk memberikan
petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam
rangka menurunkan IMR dan AMR.
b.
Tujuan Khusus
1)
Meningkatkan kemampuan puskesmas dan
peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat
darurat.
2)
Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur
rujukan di wilayah kerja puskesmas.
3.
Manfaat Sistem Rujukan
a.
Dari Sudut Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan
(Policy Maker)
1)
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2)
Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena
terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3)
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama
pada aspek perencanaan.
b.
Dari Sudut Masyarakat Sebagai Pengguna Jasa
Pelayanan (Health Consumer)
1)
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat
dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.
2)
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap
sarana pelayanan kesehatan.
c.
Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai
Penyelenggara Pelayanan Keseahatan (Health
Provider)
1)
Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan
dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi.
2)
Membantu peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin.
3)
Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
4.
Tata Laksana Sistem Rujukan
a.
Internal
antar petugas di satu instansi
b.
Antara
puskesmas pembantu dan puskesmas
c.
Antara
masyarakat dan puskesmas
d.
Antara
satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e.
Antara
puskesmas dan RS, laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f.
Internal
antar bagian/unit pelayanan di dalam satu RS
g.
Antara
RS, laboratorium/fasilitas pelayanan lain dari RS
5.
Prosedur Pelaksanaan Sistem Rujukan
Dalam membina sistem rujukan ini perlu
ditentukan beberapa hal, yaitu :
a.
Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah
pelaksanaan sistem rujukan. Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian
wilayah secara administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau
mudahnya ssstem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat
sistem rujukan mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit
kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan
disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit
kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu.
b.
Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam
petugas dan peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan keterampilan
tertentu. Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan
penyakit, menjadi 3 golongan diantarannya :
1)
Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit
yang harus segera di tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan
kematian.
2)
Penyakit yang bersifat menahun, yang
penyembuhan dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama dan dapat
menimbulkan beban pembiayaan yang tidak dapat dipikul oleh penderita dan
keluarganya.
3)
Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat,
rehabilitas sosial, bagi penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun
seperti kusta dan jiwa yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta
perawatan kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah.
Sedangkan, langkah-langkah pelaksanaan dalam
sistem rujukan, yaitu :
a.
Menentukan Kegawatdaruratan
Penderita
1)
Pada tingkat kader, ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2)
Pada tingkat puskesmas pembantu dan puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b.
Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah
fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas
pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan
Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita
dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis
semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika penderita tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap penderita dan keluarganya tentang rencana
tersebut.
d.
Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
1)
Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang
dirujuk.
2)
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam
rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3)
Meminta petunjuk dan cara penangan untuk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
e.
Persiapan Penderita
f.
Pengiriman Penderita
g.
Tindak Lanjut Penderita
1)
Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat
jalan pasca penanganan).
2)
Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi
tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
6.
Skema
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di
Indonesia
J.
Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan
etik, ekonomi dan politik.
1.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Mengingat adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan
kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti
perkembangan dan teknologi, seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya, maka digunakanlah alat seperti laser,
terapi peruahan gen dan lain-lain. Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan
biaya yang cukup besar dan butuh tenaga yang professional di bidang tertentu.
2.
Pergeseran Nilai Masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan
pengetahuan tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan,
demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang akan
memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
3.
Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaarn masyarakat tehadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan,
sehingga pelaku memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan secra profesional dengan memperhatikan norma dan etik
yang ada dalam masyarakat
4.
Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan
kesehatan lebih mudah diperoleh dan di jangkau dan begitu
sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam
sistem pelayanan kesehatan.
5.
Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. Strategi yang ada dalam visi Indonesia
sehat diantanya pemahaman tentang paradigma sehat, srategi professionalisme
dalam segala tugas, adanya JPKM, dan desentralisai. Dalam menggunakan strategi yang ada,
pemerintah telah menyusun misi yang akan di jalankan sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, diantaranya :
a.
Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan.
b.
Memelihara serta meningkatkan melindungi kesehatan
individu, keluarga, masyarat dan lingkungan.
c.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau.
d.
Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat.
K. Masalah Sistem
Pelayanan Kesehatan
Faktor yang
paling berpengaruh terhadap masalah pelayanan kesehatan adalah perkembangan
ilmu dan tehnologi. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan tehnologi, semakin
tinggi pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil yang diraih juga semakin baik
dimanan angka kesakitan, cacat dan kematian menurun serta meningkatkan umur
harapan hidup rata.
Perubahaan ini
juga mendatangkan masalah sebagai berikut :
1.
Terkotak-kotaknya
Pelayanan Kesehatan/ Fragmented Health Services
Berhubungan dengan munculnya spesialis dan sub spesialis yang
berdampak negatif dengan timbulnya keselitan masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan yang akan menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan bila hal ini berkelanjutan.
2.
Berubahnya
Sifat Pelayanan Kesehatan
Muncul sebagai akibat lebih lanjut dari pelayanan kesehatan yang
terkotak-kotak, terutama ditemukan pada hubungan dokter dan pasien.
Munculnya sub spesialis dan spesialis menyebabkan perhatian penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak menyeluruh, perhatian tertuju pada keluhan dan organ
tubuh yang sakit saja. Perubahan bertambah nyata
dengan adanya peralatan yang canggih yang mendukung proses pelayanan yang
diberikan. Hal tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif, yaitu sebagai
berikut :
a.
Regangnya
hubungan dokter dengan pasien yang timubul karena peralatan yang digunakan
tersebut.
b.
Mahalnya
biaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan adalah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan
meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan
rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya
menyangkut pelayanan lembaga kesehatan, juga akan menimbulkan kesan/kenangan
yang menyenangkan bagi konsumen (pasien dan keluarganya) yang selanjutnya dapat
menjadi faktor pendorong untuk bekerja sama, berperan aktif dalam kegiatan
sosial lembaga kesehatan itu, bahkan dapat menjadi promotor lembaga kesehatan
tersebut.
Sedangkan syarat-syarat
pokok system pelayanan kkesehatan yang prima yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat
diterima dan wajar, mudah
dicapai/ accessible, mudah dijangkau/ affortable da bermutu/ quality.
Sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung
jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan,
secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal
dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
B.
Saran
Dalam sistem
pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta kualitas dari pelayanan
kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat, dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas
yang bagus dan baik.
Untuk itu, kita
sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya mempersiapkan secara matang baik dari
segi kemampuan, sikap maupun pengetahuan yang optimal guna menjadi generasi
tenaga keperawatan penerus yang dapat diandalkan yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Ali H.Z. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika
Alimul, Aziz H. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
EGC
Aziz Alimul H.
2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit
Salemba
Medika
Potter & Perry. 2005. Keperawatan Fundamental Vol.
1 Edisi terjemahan. Jakarta
EGC
Dubois &
Miley. 2005. Pelayanan Kesehatan Edisi terjemahan. Jakarta : EGC