Sabtu, 25 April 2020

CORETAN MALAM


BERSYUKURLAH UNTUK HARI INI, BERDOALAH UNTUK HARI ESOK

Saat kita meminta kepada Allah dalam doa, bersabarlah bila pada akhirnya Allah mengabulkannya berbeda, bahkan jauh dari apa yang kita semogakan selama ini, sebab Allah tahu apa-apa yang sebenarnya kita perlukan dalam hidup ini.

Karena, Allah kadang tak memberi apa yang kita inginkan, tetapi Allah memberi apa yang kita perlu, oleh karenanya terimalah apapun ketentuan Allah atas doa yang kita panjatkan dengan ikhlas dan sabar.

Berusahalah semaksimal mungkin, selebihnya kita serahkan pada Alloh SWT.

Jalani - Nikmati - Syukuri

Rabu, 25 Maret 2020

MAKALAH VIRUS CORONA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Koronavirus  atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona, atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales.  Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus pada manusia.
Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara 27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui.  Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang artinya mahkota, yang mengacu pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
  1. Apa yang melatar belakang adanya virus corona?
  2.  Bagaimana cara penyebaran virus corona?
  3. Cara pencegahan virus corona?
  4.   Bagaimana pandangan Islam tentang virus corona?

1.3  Maksud dan Tujuan
Selain untuk memenuhi salah satu pada mata pelajaran Al-Quran Hadits, penyusun juga mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini khususnya penyusun sendiri, umumnya para pembaca dapat :
  1. Mengetahui latar belakang adanya virus corona
  2. Mengetahui cara penyebaran virus corona
  3. Melakukan pencegahan virus corona
  4. Mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang virus corona

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Latar Belakang Adanya Virus Corona
Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ.
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada hewan ataupun pada manusia. Di indonesia, masih melawan virus Corona hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus virus Corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip flu.
Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah.
Gejala awal virus Corona yaitu:
1.      Batuk
2.      Letih
3.      Sesak nafas dan tidak enak badan
Di indonesia jumlah kasus virus corona yang terkomfirmasi adalah 369. Yang sedang dalam masa perawtan sebanyak 320 orang 86,721% dari yang terkonfirmasi. Seseorang yang dinyatakan sembuh 17 orang dari 4,607 yang terkonfirmasi. Dan yang di nyatakan meninggal dunia 32 orang dari 8,672 yang terkonfirmasi.
Di daerah DKI Jakarta yang terkonfirmasi sebanyak 215 orang, sembuh 14 orang dan 18 orang lainnya meninggal dunia. Jawa barat terkonfirmasi 41 orang terjangkit, 1 orang di nyatakan sembuh dan 7 meninggal dunia. Dan masih banyak lagi daerah-daerah yang terjangkit virus Corona.

2.2  Cara Penyebaran Virus Corona
Wabah virus corona COVID-19 kini sudah menyebar ke beberapa wilayah di tanah air. Total kasus positif corona di Indonesia sampai hari ini, Senin (23/3/2020) sudah ada 514 orang. Lantas bagaimana cara penyebaran virus corona?
Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 menular melalui orang yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.
Tetesan itu kemudian mendarat di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh dan orang sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Cara penyebaran Virus corona ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.
"Itu sebabnya penting untuk menjaga jarak 1 meter lebih dari orang yang sakit. Hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan virus corona COVID-19 bisa menular melalui udara," jelas WHO seperti dikutip dari situsnya, Senin (23/3/2020).
WHO menambahkan gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi secara bertahap.
Namun, beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang mendapatkan COVID-19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih mungkin terkena penyakit serius. Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus mendapat perhatian medis.
Keganasan virus corona sendiri sudah memakan korban di Indonesia sebanyak 48 orang, kemudian ada 29 orang yang sembuh, serta 437 orang lainnya masih dirawat hingga hari ini.

2.3  Pencegahan Virus Corona
Saat ini para ilmuwan di seluruh dunia tengah berlomba untuk menciptakan vaksin untuk sebagai alat penyembuhan virus corona. China sendiri saat ini telah memberikan batasan perjalanan baik dari atau menuju wilayah Wuhan.
Selain itu, banyak maskapai penerbangan Internasioal yang akhirnya menutup akses penerbangan mereka ke China.
Bahkan beberapa negara telah menutup akses masuk bagi warga China dan mengevakuasi warga mereka yang berada di Wuhan.

2.3.1    Bagaimana Cara Terhindar Dari Virus Corona?
Mendengar berita bahwa corona sudah menyerang berbagai negara tidak terkecuali Indonesia memang kerap membuat panik.
Namun jangan khawatir, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus ini terbilang memiliki tingkat kematian yang cenderung rendah jika dibandingkan dengan SARS dan MERS.
Jika dilihat dari ArcGIS Online yang mendeteksi penyebaran virus corona secara real time, diusung oleh John Hopkins University, saat ini terdapat 50.682 pasien corona yang sudah sembuh dari total 93.129 pasien yang terjangkit virus ini.

2.3.2    Sebelum kita masuk ke langkah-langkah pencegahan virus corona, terdapat hal yang perlu kamu ketahui mengenai penyebaran virus corona:
1.      Penyebaran virus corona bukan melalui udara, namun menular melalui tetesan cairan yang keluar saat seseorang yang terinfeksi virus tersebut batuk dan bersin. Seseorang baru akan tertular saat menyentuh tetesan tersebut.
Menteri Kesehatan Singapura, Gan im Yong mengatakan bahwa bukti yang telah terjadi di Singapura menunjukkan bahwa sebagian besar virus terjadi melalui tetesan.
Artinya, virus ini dibawa dalam tetesan yang berasal dari orang yang terinfeksi, ketika batuk dan bersin.
Jika tetesan ini bersentuhan dengan mata, hidung, atau mulut seseorang secara langsung atau tidak langsung melalui tangan yang yang telah kontak dengan orang yang terinfeksi, maka orang tersebut bisa tertular.
Gan Kim Yong kembali menjelaskan bahwa hasil medis saat ini adalah virus corona memang lebih mudah menular tetapi tidak semematikan SARS.
2.      Ketika kamu melihat orang di sekitarmu batuk atau bersin, kamu bisa menjaga jarak dari mereka. Jarak 0.5m-2m bisa menjagamu tetap aman dari jangkauan partikel virus.
3.      Kamu juga bisa mengambil langkah dalam penyebaran virus corona, yaitu dengan memberikan masker untuk mereka yang sedang batuk atau bersin. Dengan begitu, kamu turut melindungi orang-orang sekitar dari penyebaran virus.
4.      Jika kamu tidak memiliki kepentingan yang mengharuskan kamu bertemu orang banyak, ada baiknya untuk kamu hindari keramaian terlebih dahulu.
Karena kamu tidak akan tahu siapa saja yang kemungkinan sedang sakit. Bisa jadi orang yang mau jumpai di transportasi umum dan kelihatannya baik-baik saja sebenarnya sudah terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala apapun.
5.      Karena penyebaran virus corona melalu tetesan, maka sebisa mungkin tingkatkan lagi kebersihanmu pada barang-barang, seperti kenop pintu, pulpen, mouse, tisu, sendok, perangkat digital dan barang umum lainnya.
6.      Virus corona dapat menempel pada permukaan benda lebih dari 24 jam, maka cara yang efektif untuk membasminya adalah dengan mencucinya menggunakan sabun.
Oleh karena itu, ada baiknya kamu mengikuti langkah-langkah berikut ini agar terhindar dari virus tersebut: 
·         Usahakan untuk tidak menyentuh wajahmu. Jika memang harus, cucilah tangamu terlebih dahulu dengan sabun secara menyeluruh.
·         Mencuci tangan menyeluruh, berarti: cucilah bagian belakang telapak, sela-sela jari, dan bagian bawah kuku selama 20 detik.
·         Buanglah masker jika terasa kotor, jangan menggunakan masker lebih dari satu kali. Karena bakteri dapat berkembang biak di dalam maskermu jika dipakai terlalu lama.
·         Jangan pernah menyentuh bagian luar masker, jika tidak sengaja menyentuh langsung cuci tangamu kembali dengan sabun.
·         Jangan berbagi peralatan makanan atau handuk.
·         Jika bisa, usahakan menyentuh fasilitas umum seperti tombol lift, membuka/menutup pintu menggunakan siku atau bahumu.
·         Yang terpenting adalah selalu mencuci tangamu dengan sabun, baik sebelum makan mau pun setelah pergi ke tempat umum.

2.4  Pandangan Islam Tentang Virus Corona
SAAT ini, pandemi virus corona atau popular disebut COVID-19 sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Ketika saya menulis artikel ini (22/3/2020), sudah terdapat 318.979 orang yang mengidap virus corona.
Di Indonesia sendiri, terdapat 514 kasus dengan tingkat kematian sebesar 48 orang. Angka ini tentu akan bertambah setiap harinya.
Ulama dan kaum Muslimin pun tidak tinggal diam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan larangan shalat berjamaah bagi umat Islam di tengah pandemi COVID-19.
Larangan ini termaktub dalam Fatwa Nomor 14 Tahun 2020. Fatwa MUI ini pun selaras dengan pandangan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Kementerian Agama Republik Indonesia. Dengan demikian, tulisan singkat ini berangkat dari renungan saya sebagai seorang Muslim yang selaras pula dengan jumhur ulama.
Islam memiliki pandangannya tersendiri tentang pandemi, relasi sosial antara sesama manusia, dan penggunaan akal manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Artikel ini akan membahas ketiga isu tersebut secara singkat, dan saya harap kita dapat sama-sama bertafakur, bertadabur, dan mengambil hikmah dari pandemi yang sedang kita hadapi.
Pertama, sejarah Islam menunjukkan bahwa kita tak seharusnya menganggap remeh pandemi dan epidemi. Hal ini dicontohkan pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, khususnya ketika wabah penyakit tha’un sedang terjadi sedang terjadi di Syam.
Umar bin Khattab melakukan diskusi dengan para sahabat, sehingga akhirnya Amr bin Ash mengeluarkan gagasan mengenai karantina berbasis kota. Dengan seizin Allah SWT, karantina berbasis kota ini ampuh untuk meredam wabah penyakit tha’un.
Sikap Umar bin Khattab dan Amr bin Ash dalam menanggapi wabah penyakit menunjukkan bahwa umat Islam haruslah strategis dalam mengambil tindakan. Dengan demikian, Islam tidak mengajarkan kita untuk berserah diri pada nasib mengenai sehat dan sakit, namun berikhtiar semampu kita dan berdo’a untuk memohon perlindungan Allah SWT dari pandemi. Hal ini selaras pula dengan sabda Rasulullah :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ
Rasulullah bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Kedua, Islam mengajarkan kita bahwa kita harus berbuat baik pada sesama manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 112 bahwa manusia harus senantiasa berpegang kepada tali Allah dan tali dengan manusia agar kita tidak diliputi kehinaan di mana saja kita berada:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali Imran: 112)
Pada masa pandemi yang kita hadapi saat ini, salah satu bentuk dalam menerapkan nilai-nilai hablum minannas ialah dengan mencegah terjadinya penyebaran penyakit pada orang lain. Sebagaimana dinyatakan oleh para pakar kesehatan, mengurangi interaksi dan berdiam diri di rumah adalah sebagian dari tindakan yang dapat kita lakukan. Hal ini menjadi penting agar
Sebagaimana dinyatakan oleh para pakar kesehatan, terdapat sejumlah orang yang sangat rentan pada penularan virus korona: orang-orang lansia, orang-orang dengan masalah pada sistem kekebalan tubuh mereka (imunokompromis), dan orang-orang yang memiliki penyakit bawaan yang menjadikan mereka kian rentan pada penularan virus. Kita bisa saja merasa sehat wal’afiat. Kita pun bisa saja berpikir bahwa “COVID-19 ini tak ubahnya penyakit pilek dan flu.”
Akan tetapi, kita harus senantiasa mengingat bahwa bisa jadi kita tidak begitu rentan pada penyakit ini. Kita bisa saja terjangkit virus corona, tidak menyadarinya karena tidak mengalami gejala yang signifikan, dan menulari penyakit ini pada orang lain yang lebih rentan ketimbang kita.
Di titik ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk merenungkan tindakan apa yang Rasulullah akan lakukan dalam situasi seperti pandemi COVID-19. Nabi Muhammad sendiri bersabda: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua.” (Riwayat at-Tirmidzi).
Dengan mengacu pada Sunnah tersebut, kita dapat melihat bahwa Islam mengajarkan kita untuk selalu menyayangi dan menghormati orang lain.
Pada konteks pandemi COVID-19 yang menjadikan “orang yang lebih tua” semakin rentan pada dampak negatif dari penularan virus corona, menghormati mereka dapat dimaknai pula sebagai menjaga kesehatan orang-orang yang lebih tua daripada kita.
Godaan untuk keluar rumah tentu besar. Kita bisa saja berpikir bahwa memakmurkan masjid adalah hal yang baik untuk dilakukan meski pandemi sedang terjadi. Akan tetapi, penyebaran virus justru dapat terjadi pada tempat-tempat yang ramai dipadati oleh orang-orang, dan rumah Allah pun tidak menjadi pengecualian.
Pada masa pandemi seperti yang sedang kita alami ini, ukhuwah kita justru diuji oleh Allah. Apakah kita akan tetap memaksakan diri keluar rumah dan berkerumun, atau kita hendak mengecilkan ego dan berpikir tentang orang lain di sekitar kita?
Ketiga, kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah SWT memberikan akal dan pikiran bagi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Dengan demikian, kita seyogyanya menggunakan akal pikiran kita sebaik-baiknya agar kita tidak menyia-nyiakan pemberian Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS: al-Baqarah: 164).
Ayat di atas menunjukkan bahwa Islam dan nalar tidak berseberangan satu sama lain. Alih-alih memerintahkan kita untuk menihilkan akal, Allah SWT justru senantiasa mengingatkan kita untuk membaca tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah dengan menjadi kaum yang berpikir.
Fenomena alam yang terjadi di sekitar kita (termasuk keberadaan virus dan pandemi) merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang harus kita pahami, renungkan, dan kita atasi bersama-sama.
Pada konteks pandemi yang sedang kita hadapi saat ini, menggunakan akal sebaik-baiknya berarti memikirkan langkah terbaik bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Mencegah penularan virus dengan berdiam diri di rumah, menegakkan ibadah di rumah, dan menyebarkan informasi yang benar dan akurat ialah sejumlah cara yang dapat kita laksanakan untuk tidak menyia-nyiakan akal pikiran yang diberikan oleh Allah SWT.
Pada akhirnya, sehat dan sakit ialah kuasa Allah. Kehidupan dan kematian bagi setiap manusia pun telah terpatri di lauhul mahfudz. Akan tetapi, kita harus senantiasa mengingat bahwa Islam mengajarkan kita untuk mengiringi doa dan tawakkal dengan usaha dan ikhtiar.
Mengambil langkah strategis terkait pencegahan penularan virus corona dengan rutin mencuci tangan, mengurangi aktivitas di luar rumah, dan melakukan isolasi diri ketika sakit merupakan cara yang dapat kita lakukan untuk memuliakan dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Kita juga harus mengingat bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan kebaikan pada sesama manusia, dan kita memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan gagasan tentang pencegahan penularan virus corona pada orang-orang di sekitar kita. Semoga kita dapat senantiasa sehat dan menjadi kaum yang berpikir. Wallahu a’lam bis-shawab.*



BAB III
KESIMPULAN

Pada masa Rasulullah dan sahabat, umat Islam juga pernah menghadapi serangan wabah penyakit. Cara Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menghadapi wabah penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi virus corona atau COVID-19.
Sebut saja, anjuran menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan juga metode karantina yang saat ini populer dengan istilah lockdown. Dan tentu saja berdoa kepada Allah SWT.
Berikut beberapa mekanisme pencegahan wabah penyakit dalam Islam yang bisa diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19,
1.      Rajin Cuci Tangan
Hadits yang ditulis berdasarkan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, telah menyarankan umat Islam rajin cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas. Ilmu pengetahuan membuktikan, cuci tangan pakai sabun adalah cara efektif mencegah infeksi virus corona atau COVID-19.
Berikut haditsnya,
A.    Hadits yang dinarasikan Salman
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ قَرَأْتُ فِي التَّوْرَاةِ أَنَّ بَرَكَةَ الطَّعَامِ الْوُضُوءُ بَعْدَهُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَرَأْتُ فِي التَّوْرَاةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ بَرَكَةُ الطَّعَامِ الْوُضُوءُ قَبْلَهُ وَالْوُضُوءُ بَعْدَهُ ‏"
Artinya: Dinarasikan Salman: Saya membaca di Taurat, berkah makanan ada di wudhu setelah menyantapnya. Lalu aku mengatakannya pada Nabi Muhammad SAW yang aku baca di Taurat. Setelah itu Rasulullah SAW mengatakan, "Berkah pada makanan ada di dalam wudhu sebelum dan setelah menyantap hidangan." (HR Tirmidzi).
Wudhu yang bertujuan mensucikan diri sebelum sholat, diawali cuci tangan sebelum membersihkan bagian tubuh yang lain. Hadits ini memang punya peringkat da'if atau darussalam, bukan shahih yang merupakan derajat tertinggi. Namun dengan kondisi saat ini, tak ada salahnya rajin cuci tangan sebelum atau setelah beraktivitas. Apalagi manfaat cuci tangan telah terbukti dalam berbagai riset ilmu pengetahuan.

B.     Hadits yang dinarasikan Abu Huraira
عَنْ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْرِغْ عَلَى يَدِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَ يَدَهُ فِي إِنَائِهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِيمَ بَاتَتْ يَدُهُ ‏"‏ ‏.‏
Artinya: Rasulullah SAW mengatakan, "Ketika kamu bangun tidur, dia seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari." (HR Muslim).
Hadits berderajat shahih ini kembali mengingatkan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan aktivitas. Cuci tangan memastikan tidak ada virus dan bakteri yang berisiko menginfeksi tubuh.

2.      Lockdown
Kebijakan lockdown ternyata sempat dilaksanakan di masa Rasulullah SAW saat muslim mengahadapi serangan wabah. Beberapa wabah yang sempat terjadi misal kusta dan diare, bukan virus corona atau COVID-19 seperti yang menyerang sekarang. Lockdown telah ditulis dalam hadits.
Berikut haditsnya
A.    Dilarang masuk atau keluar kota dengan wabah
فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ، وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا، فِرَارًا مِنْهُ
Artinya: "Jika kalian mendengar tentang thoún di suatu tempat maka janganlah mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ maka janganlah keluar karena lari dari thoún tersebut." (HR Bukhari).
Hadits ini dinarasikan Usama bin Zaid dengan derajat yang shahih. Thoun adalah wabah yang mengakibatkan penduduk sakit dan berisiko menular, jika penduduk kota tersebut terus mobile.

B.     Hikmah bagi muslim yang tidak kabur wilayah dengan wabah
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ ‏"
Artinya: "Rasulullah SAW mengatakan, kematian akibat wabah adalah syahid bagi tiap muslim." (HR Bukhari)
Hadits ini dinarasikan Anas bin Malik dengan derajat yang shahih. Dengan tetap berada di wilayahnya, seorang muslim menekan risiko penularan pada orang lain.

3.      Sholat dengan Masker
Ibadah tentunya jangan sampai tidak dilakukan meski dalam serangan wabah, apalagi untuk sholat wajib. Dalam fatwanya MUI telah menyatakan, Sholat Jumat yang biasanya dilakukan berjamaah bisa diganti dengan sholat dzuhur di rumah masing-masing. Peraturan ini bertujuan menekan risiko penularan virus corona atau COVID-19 jika berada di kerumunan orang.
Terkait pandemi virus corona atau COVID-19 yang terjadi sekarang, penggunaan masker menjadi senjata utama mencegah infeksi. Mungkinkah sholat menggunakan masker dalam kondisi seperti saat ini?
"Bisa," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI atau Majelis Ulama Indonesia DR HM Asrorun Ni'am Sholeh MA dalam pesan pendek yang diterima detikcom.
Hukum sholat dengan daerah sekitar mulut dan hidung tertutup sebetulnya makruh berdasarkan empat mahdzab.
Di Indonesia saat ini ada mahdzab Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi. Ketetapan ini tentunya bisa berubah sesuai dengan kondisi infeksi virus corona yang dihadapi muslim.